Rabu, 28 Desember 2016

WRITING II ASSIGNMENT

DISCUSSION TEXT

Is National Examination Necessary?

National examination has become a hot topic to discuss in Indonesia especially in Pekanbaru City. The main controversy regarding to national examination is whether or not it is necessary to continue the national exams (UN). Some other debates focus on whether the quality of Indonesian education depends on the national exam and whether the quality of the Indonesian education system will worsen without national exam.

For those who support the national exam, they believe that the quality of the Indonesia education system will get worse without the national exam, so they try to defend the current system. They also believe that national exam can be used to measure how far educational program designed by the government works.

However, for those who disagree with national exam, the result of national exam can’t give the clear image of students’ ability in general since the issues of cheating always happen. Furthermore, the national exam only measures a small portion of students’ competence in specific subjects, and does not measure students’ competences throughout the semester.

Above all, the national examination can still be used as an instrument to evaluate the level of students’ cognitive competence in certain subjects, on a national scale.

REPORT TEXT

MUARA TAKUS TEMPLE
 
Muara Takus Temple is a Buddhist temple located in Riau, Indonesia. This temple complex is located in the village of precisely Barelang, District XIII Koto Kampar Regency or the distance is approximately 135 kilometers from the city of Pekanbaru, Riau. The distance between this temple complex in the village center Barelang approximately 2.5 miles and not far from the edge of the Kampar River Right. This temple complex surrounded by a wall measuring 74 x 74 meters outside the walls there are also areaL sized ground 1.5 x 1.5 kilometers surrounding this complex sampal to Kampar Kanan river.
 


Within this complex there are also old temple buildings, temples and Mahligai Youngest Stupa and Palangka. Temple building material composed of sandstone, river rock and brick. According to sources original, bricks for this building built in the village Pongkai, a village located on the downstream side of the temple complex. Former mining land for the bricks until now regarded as a highly respected residents. To carry bricks to the temple, done in relay from hand to hand. This story must be true although not yet give the impression that temple building was the work together and conducted by the crowds.
 

Apart from the Old Temple, Temple Youngest, and Palangka Mahligai Stupa, in the temple complex was also found that mound kiln is estimated as human bones. Outside the compound there are also buildings (the former) is made of brick, which has not been established types of buildings.


Rabu, 26 Oktober 2016

An Autobiography of Indri Christina



THE STORY OF INDRI CHRISTINA

          Indri Christina, she was born on September 2nd 1996 anak kedua dari 4 bersaudara. Kalau di akte kelahiran atau di geraja namanya adalah Indri Christina Sihombing. Indri adalah anak dari sepasang orang tua yang bernama Jackson Sihombing dan Lamriana Pangabean. When childhood dia sekolah di TK Swasta santa Maria, Saat usia sekolah menengah dia sekolah di 3 Junior High School in pekanbaru and dia mengikuti kegiatan Osis pada saat kelas 1 SMP di bidang kesenian.

          Saat memsuki usia SMA dia bersekolah di 2 Senior High School In pekanbaru. Pada saat kelas 1 SMA dia mengikuti kegiatan OSIS juga dan kebetulan di bidang yang sama juga yaitu kesenian. Saat SMA Indri pernah mengikuti dance atau bisa dikenal modern dance. Karena dia mempunyai hobi untuk menari. Dia juga pernah menjadi leader dari team dance nya itu ya walaupun hanya berjalan 1 tahun tapi itu membuat nya memiliki pengalaman dalam memimpin sebuah team.

          Sekarang Indri kuliah di University of lancing Kuning di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, program studi Pendidikan Bahasa Inggris. Sebenarnya menurut minat dan bakatnya dia lebih suka di Ilmu Komunikasi dan Sastra, karena dalam sastra itulah dia bisa menuangkan idenya untuk menulis novel, short story and etc. dia juga ingin membuat sanggar tari dan ingin mengikuti broadcasting karena dia suka untuk berbicara di depan umum.

          Tapi kenapa dia memilih Pendidikan Bahasa inggris ada alasannya, pertama karena saran orang tua karena itulah dia memilih FKIP. Dia tidak ingin membangkang kepada orang tuanya dan ingin melihat orang tuanya bangga kepadanya. Walaupun sebenarnya minatnya tidak di FKIP tetapi dia tetap menjalani perkuliahannya sampai sekarang ini dengan ikhlas. Karena menurutnya “English is important for me in other things”

           Latar belakang keluarga indri. Terlahir dari orang tua yang bernama Jackson Sihombing born in Tarutung, July 10 1959 and her mother name Lamriana Pangabean born in Taruntung too March, 16 1970. Pendidikan terakhir orang tuanya hanya sampai Sekolah Mengah Atas. Memang tidak sampai mencicipi bangku kuliah namun kedua orang tuanya memiliki sifat pekerja keras yang patut untuk dicontoh.

          Dulu ayahnya hanya bekerja sebagai montir di bidang otomotif dan bekerja dengan orang Chinese. Namun seiring berjalannya waktu ayahnya tidak ingin terus bekerja dengan orang lain jadi hingga akhirnya ayahnya membuat usaha sendiri tentunya dalam bidang otomotif juga yaitu membuka bengkel mobil yang beralamat di Jl. Rajawali pekanbaru. Yang perlu diketahui ayahnya bukanlah lulusan SMK otomotif melainkan bisa bekerja dalam bidang itu karna belajar sendiri or we know otodidak. Sungguh luar biasa pekerja keras bukan.

          Ibunya tidak bekerja dan hanya sebagai Ibu Rumah Tangga. Tetapi dulu ibunya pernah bekerja di tempat pembuatan roti. Tidak bekerja di pembuatan roti nya melainkan hanya untuk packing roti tersebut.
         

Kamis, 06 Oktober 2016

An Expectation In a Bottle of Mineral Water

An Expectation In a Bottle of Mineral Water

        Aku terus menatap tajam jalanan yang semakin padat kendaraan. Terik matahari mulai membakar kulitku. Langkahku terhenti ketika melihat tumpukan sampah dan botol bekas. Kuhampiri tumpukan itu. Aku melihat ada secercah harapan. Sebagian orang mungkin akan jijik melihat tumpukan sampah, botol bekas itu. Tapi tidak denganku.
          Mungkin agak terdengar aneh. Kenapa botol-botol bekas merupakan secercah harapan untukku?. Karena dengan itulah aku dan adik ku bisa mendapatkan sesuap nasi. Aku hanya tinggal bersama adik ku Dina, di sebuah gubuk kecil. Yang mungkin tidak layak untuk di huni. Bagaimana tidak aku dan adikku hanya tidur beralaskan kardus bekas. Itulah pekerjaan ku sehingga untuk menyewa kontrakan saja tidak mampu.
          Kedua orang tua ku sudah meninggal. Sudah banyak rasa, kisah, dan pengalaman yang ku dapat . Ayahku meninggal ketika usia ku 15 tahun dan saat itu Dina berusia 7 tahun.  Lalu ibuku meninggal ketika aku ingin melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah. Ibuku meninggal disebabkan oleh kanker serviks yang ternyata sudah lama menggerogoti tubuhnya. Saat itu aku merasakan kekecewaan yang teramat dalam. Seakan Tuhan tidak adil, karena memberikan aku cobaan yang begitu berat dan tiada henti-hentinya.
Namun, hal itu tidak membuat aku berlarut dalam kesedihan. Aku selalu bersyukur dengan keadaan ku sekarang. Dimana aku diberikan kesempatan untuk menjalani hidup. Karenanya aku tumbuh menjadi sosok yang kuat, tegar, dan percaya diri. Walaupun aku memulung botol bekas, aku juga seorang mahasiswa. Aku mempunyai banyak mimpi. Berbagai cara ku lakukan untuk mencari uang untuk membiayai sekolah aku dan adikku.
Dengan mimpi-mimpi itulah aku tetap kuat untuk melanjutkan hidup dan meraih cita- cita ku untuk menjadi dokter. Ya dokter ahli spesialis kanker. Apa pun yang terjadi, aku akan berusaha mati-matian untuk menggapai mimpiku demi menjadi dokter spesialis kanker. Dan menyembuhkan seluruh macam penyakit kanker dengan segala kemungkinan yang ada. Tidak hanya itu aku pun akan menolong sukarela. Siapa pun orang yang terkena penyakit kanker. Apakah mereka orang miskin atau orang kaya.
Akhirnya tuhan mendengarkan segala doa yang aku sampaikan. Aku yang dulu gadis miskin dan kumuh. Kini sudah tumbuh menjadi gadis dewasa yang semakin kuat menghadapi segala macam omongan miring tetangga. Karena dengan itulah aku bisa bangkit. Dan atas izin Tuhan aku bisa melewati ujian besar dalam hidup. Bagiku pendidikan tidak hanya diperuntukkan untuk orang kaya. Siapa pun boleh bercita-cita walaupun anak pemulung pun.
Di umurku kini yang beranjak ke 28 tahun. Aku telah berhasil menjadi seorang dokter spesialis kanker. Dan bekerja di salah satu rumah sakit terbesar di Jakarta. Serta menjadi dosen tetap di Universitas terkenal di Jakarta. Seiring berjalannya waktu, aku membangun yayasan sosial. Yayasan tersebut diperuntukkan anak-anak miskin dan terlantar. Tujuan aku membuat yayasan itu sendiri karena semoga tidak ada “aku” yang kedua yang merasakan hal sama sepertiku.
Untuk menjalankan aksi sosial. Aku bersama teman-temanku dan bawahanku melakukan pos kesehatan keliling. Aksi ini aku lakukan secara sukarela. Karna waktu kecil aku telah berjanji untuk menolong orang-orang yang terkena penyakit kanker. Aksi ini dilakukan di daerah yang kehidupannya sangat memprihatinkan. Saat berada di sana aku merasakan kembali pahitnya hidup ku dulu. Namun aku tidak berlarut dalam kesedihan aku justru menyemangati orang-orang yang ada di sana untuk tetap semangat menjalani hidup.
Lalu sekarang aku tinggal bersama adikku Dina. Yang sekarang dia sudah menamatkan Sekolah Menengah Atas nya. Aku selalu memberikan motivasi untuk adikku. Untuk tidak terlalu berlarut dalam kesedihan. Karena kita masih harus meneruskan hidup. Dan harus kuat untuk menghadapi rintangan dan cobaan yang ada. “Kita juga harus mengerti dengan kondisi dan tidak boleh mamaksakan kehendak di luar kemampuan kita”. Ujarku.
Kini aku dan adikku sudah bisa merasakan apa yang diinginkan. Walaupun terkadang disaat kami tidak mampu lagi untuk menghadapi cobaan. Kami selalu ingat dengan pesan orang tua. Yaitu untuk tidak menyerah menghadapi masalah yang ada. Dan juga untuk selalu ingat kepada Tuhan. Karena telah memberikan jalan untuk umatnya yang mau berusaha dan berikhtiar di jalan-NYA. Ingatlah satu hal. Tuhan tidak pernah memberikan cobaan di luar batas kemampuan umatnya.

~THANK YOU~
BY: FARIZA AZKIYA ALI

Selasa, 20 September 2016

INTRO TO LITERATURE "PROSE"




Assalmu’alaikum Wr Wb

Hello guys!!!
Welcome back and Long time no see ya in my blog ;))
Oke in this time I wanna sharing about new lesson that is “INTRODUCTION TO LITERATURE”
Which has three parts:
1.             Prose
2.             Poetry
3.             Drama
Now let’s we talk about “what is prose generally and how to write a good prose”.

·       1. Definition of Prose

Prose is a communicative style that sounds natural and uses grammatical structure. Prose is the opposite of verse, or poetry, which employs a rhythmic structure that does not mimic ordinary speech. There is, however, some poetry called “prose poetry” that uses elements of prose while adding in poetic techniques such as heightened emotional content, high frequency of metaphors, and juxtaposition of contrasting images. Most forms of writing and speaking are done in prose, including short stories and novels, journalism, academic writing, and regular conversations.
The word “prose” comes from the Latin expression prosa oratio, which means straightforward or direct speech. Due to the definition of prose referring to straightforward communication, “prosaic” has come to mean dull and commonplace discourse. When used as a literary term, however, prose does not carry this connotation

·       2. How to write a good prose

Here are 10 writing tips from the author and the editor of “Good Prose” book by Pulitzer Prize winner and best-selling author, Tracy Kidder and editor, Richard Todd hosted ‘Good Prose Month’ on Biographile.com in January 2013.  

1.     To write is to talk to strangers. You have to inspire confidence, to seem and to be trustworthy.
2.      It is always prudent to remember that one is not Tolstoy or Dickens.
3.  Don’t concentrate on technique, which can be the same as concentrating on yourself. Give yourself to your story.
4.  The reader wants to see you trying—not trying to impress, but trying to get somewhere.
5.      For a story to have a chance to live, it is essential only that there be something at stake. A car chase is not required.
6.   Try to attune yourself to the sound of your own writing. If you can’t imagine yourself saying something aloud, then you probably shouldn’t write it.
7.  The creation of a style often begins with a negative achievement. Only by rejecting what comes too easily can you clear a space for yourself.
8.    Use words wantonly and you disappear before your own eyes. Use them well    and you create yourself.
9.  The best work is done when one’s eye is simply on the work, not on its consequence, or on oneself. It is something done for its own sake. It is, in Lewis Hyde’s term, a gift.
10. Be willing to surprise yourself.

References:
http://www.literarydevices.com/prose/
http://writerswrite.co.za/10-tips-for-writing-good-prose