An
Expectation In a Bottle of Mineral Water
Aku terus menatap tajam jalanan yang semakin
padat kendaraan. Terik matahari mulai membakar kulitku. Langkahku terhenti
ketika melihat tumpukan sampah dan botol bekas. Kuhampiri tumpukan itu. Aku melihat
ada secercah harapan. Sebagian orang mungkin akan jijik melihat tumpukan
sampah, botol bekas itu. Tapi tidak denganku.
Mungkin agak terdengar aneh. Kenapa botol-botol bekas
merupakan secercah harapan untukku?. Karena dengan itulah aku dan adik ku bisa
mendapatkan sesuap nasi. Aku hanya tinggal bersama adik ku Dina, di sebuah
gubuk kecil. Yang mungkin tidak layak untuk di huni. Bagaimana tidak aku dan
adikku hanya tidur beralaskan kardus bekas. Itulah pekerjaan ku sehingga untuk
menyewa kontrakan saja tidak mampu.
Kedua orang tua ku sudah meninggal. Sudah banyak rasa,
kisah, dan pengalaman yang ku dapat . Ayahku meninggal ketika usia ku 15 tahun
dan saat itu Dina berusia 7 tahun. Lalu ibuku
meninggal ketika aku ingin melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah. Ibuku meninggal
disebabkan oleh kanker serviks yang ternyata sudah lama menggerogoti tubuhnya. Saat
itu aku merasakan kekecewaan yang teramat dalam. Seakan Tuhan tidak adil,
karena memberikan aku cobaan yang begitu berat dan tiada henti-hentinya.
Namun,
hal itu tidak membuat aku berlarut dalam kesedihan. Aku selalu bersyukur dengan
keadaan ku sekarang. Dimana aku diberikan kesempatan untuk menjalani hidup. Karenanya
aku tumbuh menjadi sosok yang kuat, tegar, dan percaya diri. Walaupun aku
memulung botol bekas, aku juga seorang mahasiswa. Aku mempunyai banyak mimpi. Berbagai
cara ku lakukan untuk mencari uang untuk membiayai sekolah aku dan adikku.
Dengan
mimpi-mimpi itulah aku tetap kuat untuk melanjutkan hidup dan meraih cita- cita
ku untuk menjadi dokter. Ya dokter ahli spesialis kanker. Apa pun yang terjadi,
aku akan berusaha mati-matian untuk menggapai mimpiku demi menjadi dokter
spesialis kanker. Dan menyembuhkan seluruh macam penyakit kanker dengan segala
kemungkinan yang ada. Tidak hanya itu aku pun akan menolong sukarela. Siapa pun
orang yang terkena penyakit kanker. Apakah mereka orang miskin atau orang kaya.
Akhirnya
tuhan mendengarkan segala doa yang aku sampaikan. Aku yang dulu gadis miskin
dan kumuh. Kini sudah tumbuh menjadi gadis dewasa yang semakin kuat menghadapi
segala macam omongan miring tetangga. Karena dengan itulah aku bisa bangkit. Dan
atas izin Tuhan aku bisa melewati ujian besar dalam hidup. Bagiku pendidikan
tidak hanya diperuntukkan untuk orang kaya. Siapa pun boleh bercita-cita
walaupun anak pemulung pun.
Di umurku
kini yang beranjak ke 28 tahun. Aku telah berhasil menjadi seorang dokter
spesialis kanker. Dan bekerja di salah satu rumah sakit terbesar di Jakarta. Serta
menjadi dosen tetap di Universitas terkenal di Jakarta. Seiring berjalannya
waktu, aku membangun yayasan sosial. Yayasan tersebut diperuntukkan anak-anak
miskin dan terlantar. Tujuan aku membuat yayasan itu sendiri karena semoga
tidak ada “aku” yang kedua yang merasakan hal sama sepertiku.
Untuk
menjalankan aksi sosial. Aku bersama teman-temanku dan bawahanku melakukan pos
kesehatan keliling. Aksi ini aku lakukan secara sukarela. Karna waktu kecil aku
telah berjanji untuk menolong orang-orang yang terkena penyakit kanker. Aksi ini
dilakukan di daerah yang kehidupannya sangat memprihatinkan. Saat berada di
sana aku merasakan kembali pahitnya hidup ku dulu. Namun aku tidak berlarut
dalam kesedihan aku justru menyemangati orang-orang yang ada di sana untuk
tetap semangat menjalani hidup.
Lalu
sekarang aku tinggal bersama adikku Dina. Yang sekarang dia sudah menamatkan
Sekolah Menengah Atas nya. Aku selalu memberikan motivasi untuk adikku. Untuk tidak
terlalu berlarut dalam kesedihan. Karena kita masih harus meneruskan hidup. Dan
harus kuat untuk menghadapi rintangan dan cobaan yang ada. “Kita juga harus
mengerti dengan kondisi dan tidak boleh mamaksakan kehendak di luar kemampuan
kita”. Ujarku.
Kini
aku dan adikku sudah bisa merasakan apa yang diinginkan. Walaupun terkadang
disaat kami tidak mampu lagi untuk menghadapi cobaan. Kami selalu ingat dengan
pesan orang tua. Yaitu untuk tidak menyerah menghadapi masalah yang ada. Dan juga
untuk selalu ingat kepada Tuhan. Karena telah memberikan jalan untuk umatnya
yang mau berusaha dan berikhtiar di jalan-NYA. Ingatlah satu hal. Tuhan tidak
pernah memberikan cobaan di luar batas kemampuan umatnya.
~THANK YOU~
BY: FARIZA AZKIYA ALI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar