Rabu, 26 Oktober 2016

An Autobiography of Indri Christina



THE STORY OF INDRI CHRISTINA

          Indri Christina, she was born on September 2nd 1996 anak kedua dari 4 bersaudara. Kalau di akte kelahiran atau di geraja namanya adalah Indri Christina Sihombing. Indri adalah anak dari sepasang orang tua yang bernama Jackson Sihombing dan Lamriana Pangabean. When childhood dia sekolah di TK Swasta santa Maria, Saat usia sekolah menengah dia sekolah di 3 Junior High School in pekanbaru and dia mengikuti kegiatan Osis pada saat kelas 1 SMP di bidang kesenian.

          Saat memsuki usia SMA dia bersekolah di 2 Senior High School In pekanbaru. Pada saat kelas 1 SMA dia mengikuti kegiatan OSIS juga dan kebetulan di bidang yang sama juga yaitu kesenian. Saat SMA Indri pernah mengikuti dance atau bisa dikenal modern dance. Karena dia mempunyai hobi untuk menari. Dia juga pernah menjadi leader dari team dance nya itu ya walaupun hanya berjalan 1 tahun tapi itu membuat nya memiliki pengalaman dalam memimpin sebuah team.

          Sekarang Indri kuliah di University of lancing Kuning di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, program studi Pendidikan Bahasa Inggris. Sebenarnya menurut minat dan bakatnya dia lebih suka di Ilmu Komunikasi dan Sastra, karena dalam sastra itulah dia bisa menuangkan idenya untuk menulis novel, short story and etc. dia juga ingin membuat sanggar tari dan ingin mengikuti broadcasting karena dia suka untuk berbicara di depan umum.

          Tapi kenapa dia memilih Pendidikan Bahasa inggris ada alasannya, pertama karena saran orang tua karena itulah dia memilih FKIP. Dia tidak ingin membangkang kepada orang tuanya dan ingin melihat orang tuanya bangga kepadanya. Walaupun sebenarnya minatnya tidak di FKIP tetapi dia tetap menjalani perkuliahannya sampai sekarang ini dengan ikhlas. Karena menurutnya “English is important for me in other things”

           Latar belakang keluarga indri. Terlahir dari orang tua yang bernama Jackson Sihombing born in Tarutung, July 10 1959 and her mother name Lamriana Pangabean born in Taruntung too March, 16 1970. Pendidikan terakhir orang tuanya hanya sampai Sekolah Mengah Atas. Memang tidak sampai mencicipi bangku kuliah namun kedua orang tuanya memiliki sifat pekerja keras yang patut untuk dicontoh.

          Dulu ayahnya hanya bekerja sebagai montir di bidang otomotif dan bekerja dengan orang Chinese. Namun seiring berjalannya waktu ayahnya tidak ingin terus bekerja dengan orang lain jadi hingga akhirnya ayahnya membuat usaha sendiri tentunya dalam bidang otomotif juga yaitu membuka bengkel mobil yang beralamat di Jl. Rajawali pekanbaru. Yang perlu diketahui ayahnya bukanlah lulusan SMK otomotif melainkan bisa bekerja dalam bidang itu karna belajar sendiri or we know otodidak. Sungguh luar biasa pekerja keras bukan.

          Ibunya tidak bekerja dan hanya sebagai Ibu Rumah Tangga. Tetapi dulu ibunya pernah bekerja di tempat pembuatan roti. Tidak bekerja di pembuatan roti nya melainkan hanya untuk packing roti tersebut.
         

Kamis, 06 Oktober 2016

An Expectation In a Bottle of Mineral Water

An Expectation In a Bottle of Mineral Water

        Aku terus menatap tajam jalanan yang semakin padat kendaraan. Terik matahari mulai membakar kulitku. Langkahku terhenti ketika melihat tumpukan sampah dan botol bekas. Kuhampiri tumpukan itu. Aku melihat ada secercah harapan. Sebagian orang mungkin akan jijik melihat tumpukan sampah, botol bekas itu. Tapi tidak denganku.
          Mungkin agak terdengar aneh. Kenapa botol-botol bekas merupakan secercah harapan untukku?. Karena dengan itulah aku dan adik ku bisa mendapatkan sesuap nasi. Aku hanya tinggal bersama adik ku Dina, di sebuah gubuk kecil. Yang mungkin tidak layak untuk di huni. Bagaimana tidak aku dan adikku hanya tidur beralaskan kardus bekas. Itulah pekerjaan ku sehingga untuk menyewa kontrakan saja tidak mampu.
          Kedua orang tua ku sudah meninggal. Sudah banyak rasa, kisah, dan pengalaman yang ku dapat . Ayahku meninggal ketika usia ku 15 tahun dan saat itu Dina berusia 7 tahun.  Lalu ibuku meninggal ketika aku ingin melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah. Ibuku meninggal disebabkan oleh kanker serviks yang ternyata sudah lama menggerogoti tubuhnya. Saat itu aku merasakan kekecewaan yang teramat dalam. Seakan Tuhan tidak adil, karena memberikan aku cobaan yang begitu berat dan tiada henti-hentinya.
Namun, hal itu tidak membuat aku berlarut dalam kesedihan. Aku selalu bersyukur dengan keadaan ku sekarang. Dimana aku diberikan kesempatan untuk menjalani hidup. Karenanya aku tumbuh menjadi sosok yang kuat, tegar, dan percaya diri. Walaupun aku memulung botol bekas, aku juga seorang mahasiswa. Aku mempunyai banyak mimpi. Berbagai cara ku lakukan untuk mencari uang untuk membiayai sekolah aku dan adikku.
Dengan mimpi-mimpi itulah aku tetap kuat untuk melanjutkan hidup dan meraih cita- cita ku untuk menjadi dokter. Ya dokter ahli spesialis kanker. Apa pun yang terjadi, aku akan berusaha mati-matian untuk menggapai mimpiku demi menjadi dokter spesialis kanker. Dan menyembuhkan seluruh macam penyakit kanker dengan segala kemungkinan yang ada. Tidak hanya itu aku pun akan menolong sukarela. Siapa pun orang yang terkena penyakit kanker. Apakah mereka orang miskin atau orang kaya.
Akhirnya tuhan mendengarkan segala doa yang aku sampaikan. Aku yang dulu gadis miskin dan kumuh. Kini sudah tumbuh menjadi gadis dewasa yang semakin kuat menghadapi segala macam omongan miring tetangga. Karena dengan itulah aku bisa bangkit. Dan atas izin Tuhan aku bisa melewati ujian besar dalam hidup. Bagiku pendidikan tidak hanya diperuntukkan untuk orang kaya. Siapa pun boleh bercita-cita walaupun anak pemulung pun.
Di umurku kini yang beranjak ke 28 tahun. Aku telah berhasil menjadi seorang dokter spesialis kanker. Dan bekerja di salah satu rumah sakit terbesar di Jakarta. Serta menjadi dosen tetap di Universitas terkenal di Jakarta. Seiring berjalannya waktu, aku membangun yayasan sosial. Yayasan tersebut diperuntukkan anak-anak miskin dan terlantar. Tujuan aku membuat yayasan itu sendiri karena semoga tidak ada “aku” yang kedua yang merasakan hal sama sepertiku.
Untuk menjalankan aksi sosial. Aku bersama teman-temanku dan bawahanku melakukan pos kesehatan keliling. Aksi ini aku lakukan secara sukarela. Karna waktu kecil aku telah berjanji untuk menolong orang-orang yang terkena penyakit kanker. Aksi ini dilakukan di daerah yang kehidupannya sangat memprihatinkan. Saat berada di sana aku merasakan kembali pahitnya hidup ku dulu. Namun aku tidak berlarut dalam kesedihan aku justru menyemangati orang-orang yang ada di sana untuk tetap semangat menjalani hidup.
Lalu sekarang aku tinggal bersama adikku Dina. Yang sekarang dia sudah menamatkan Sekolah Menengah Atas nya. Aku selalu memberikan motivasi untuk adikku. Untuk tidak terlalu berlarut dalam kesedihan. Karena kita masih harus meneruskan hidup. Dan harus kuat untuk menghadapi rintangan dan cobaan yang ada. “Kita juga harus mengerti dengan kondisi dan tidak boleh mamaksakan kehendak di luar kemampuan kita”. Ujarku.
Kini aku dan adikku sudah bisa merasakan apa yang diinginkan. Walaupun terkadang disaat kami tidak mampu lagi untuk menghadapi cobaan. Kami selalu ingat dengan pesan orang tua. Yaitu untuk tidak menyerah menghadapi masalah yang ada. Dan juga untuk selalu ingat kepada Tuhan. Karena telah memberikan jalan untuk umatnya yang mau berusaha dan berikhtiar di jalan-NYA. Ingatlah satu hal. Tuhan tidak pernah memberikan cobaan di luar batas kemampuan umatnya.

~THANK YOU~
BY: FARIZA AZKIYA ALI